NEWSWAY.CO.ID, PULANG PISAU – Salah satu tanaman khas Kalimatan Tengah adalah rotan, bisa tumbuh liar di hutan tanpa harus dirawat setiap saat. Rotan juga biasa digunakan sebagai bahan baku kerajinan tangan seperti tas, tikar, topi, gelang dan lain – lain.

Organisasi Konsorsium Pendukung Sistem Hutan Kerakyatan (KPSHK) Kalimantan Tengah, melihat potensi tersebut, sehingga menggelar pelatihan menganyam rotan bagi anak muda di Kabupaten Pulang Pisau, di aula kantor desa Gohong, Pulang Pisau Minggu (24/11/2024).


Manajer KPSHK Rokhmond Onasis menyampaikan, warisan budaya anyaman rotan turun temurun dari nenek moyang menjadi sumber penghasilan. Selain hasilkan kerajinan tangan juga menjaga kelestarian hutan.

“Pelatihan anyaman rotan ini dilatarbelakangi dari adanya keresahan, bahwa pengrajin anyaman rotan ini semakin berkurang, padahal anyaman rotan ini adalah kerajinan tangan yang turun temurun dari nenek moyang orang Dayak. Kami dari KPSHK punya inisiatif untuk menggelar pelatihan menganyam rotan bagi kaum muda, dimana Menganyam rotan sudah untuk keberlanjutan dimasa depan,” kata Onasis, Minggu (24/11/2024).

Menurut Onasis, bicara tentang rotan bukan hanya nilai warisan nenek moyang saja, tetapi juga dengan menganyam rotan, berkontribusi dalam menjaga hutan karena rotan itu banyak tumbuh di hutan, secara tidak langsung ikut menjaga hutan secara berkelanjutan.
Onasis menjelaskan, rotan adalah tanaman yang tumbuh di hutan gambut yang mudah terbakar.
Menganyam adalah salah satu cara untuk tetap menjaga hutan, agar tidak terbakar, karena jika hutan terbakar tentu saja rotan yang ada dihutan juga akan ikut terbakar, ketika sudah terbakar tentu ekonomi pengrajin anyaman rotan akan berkurang, kemudian warisan budaya menganyam rotan juga akan punah.
“Jadi dalam pelatihan menganyam rotan ini, bukan hanya diajarkan menganyam rotan menjadi kerajinan yang memiliki nilai ekonomi tinggi, tetapi juga diajarkan juga cara merawat dan menjaga hutan dari sejak dini secara berkelanjutan,” ujar Onasis.
Sementara itu berdasarkan data dari panitia pelaksana, kegiatan ini diikuti oleh 20 orang, dari enam Tingkat Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas se Kecamatan Kahayan Hilir.
Onasis berharap, kegiatan ini sebagai alat melestarikan budaya menganyam dan harapannya tidak berhenti di mereka saja, tetapi akan mewariskan pengetahuannya kepada orang lain.