Lembaga Perempuan Dayak Gagas Penguatan Kelembagaan Masyarakat di Dalam dan Sekitar Hutan

Ketua Lembaga Perempuan Dayak Nasional Kabupaten Pulang Pisau Andriani. (Foto : Grafis newsway.co.id)

NEWSWAY.CO.ID, PULANG PISAU – Lembaga Perempuan Dayak Nasional (LPDN) menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) III dan Lokakarya Nasional (Loknas) 2025 yang secara khusus membahas “Penguatan Kelembagaan Masyarakat di Dalam dan di Sekitar Hutan.

~ Advertisements ~

Ketua Lembaga Perempuan Dayak Nasional Kabupaten Pulang Pisau Andriani, menyampaikan, LPDN konsisten memajukan dan memberdayakan perempuan Dayak agar mandiri, produktif, dan berdaya di era modern.

“Komitmen ini diwujudkan dengan dilaksanakannya rakernas III dan lokakarya nasional 2025,” kata Andriani, Jumat (3/10/2025).

Dijelaskan Andriani, tema dari semua rangkaian kegiatan adalah Penguatan Kelembagaan Masyarakat di Dalam dan di Sekitar Hutan, tujuan dari seluruh agenda LPDN ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi penyiapan pengembangan Sekolah Lapang untuk pemberdayaan perempuan Dayak, yang diintegrasikan dengan program Perhutanan Sosial Pemerintah.

Menurut Andriani, masyarakat adat Dayak adalah masyarakat yang tinggal di dalam dan di sekitar hutan, di daerah aliran sungai, yang menggantungkan hidupnya dari alam.

“Masyarakat adat Dayak tidak bisa dipisahkan dari alam, dari hutan, dari sungai dengan memanfaatkan sumber daya alam di sekitarnya tetapi sekaligus menjaga dan merawatnya dengan berbagai kearifan tradisional yang dihayatinya sejak turun-temurun,” jelas Andriani.

Lanjut Andriani mengatakan, kehidupan masyarakat adat Dayak yang bergantung pada alam ini, belakang tergerus oleh berbagai kebijakan pemerintah pusat demi menjaga alam, lingkungan hidup sekitar, seperti larangan pola pertanian ladang berpindah, mendulang emas secara tradisional, dan pemanfaatan kayu hutan.

“Kebijakan tersebut tanpa disadari dampaknya di lapangan menggerus sumber penghidupan masyarakat adat Dayak. Tidak heran, beberapa tahun belakangan ini, khususnya sejak tahun 2022, berbagai media nasional dan lokal mengangkat berita miris tentang Robohnya Lumbung Pangan Dayak Kalimantan, dengan segala dampak sosial,” tutur Andriani.

Dampak dari pemiskinan yang memprihatinkan lanjut Andriani, stunting, gizi buruk, pernikahan dini, KDRT dan hilangnya sumber penghidupan Perempuan dan masyarakat pada umumnya

Andriani menegaskan, Dengan latar belakang keprihatinan seperti itu, LPDN, di bawah naungan Majelis Adat Dayak Nasional (MADN), tergerak untuk mengembangkan program nyata di lapangan untuk membantu masyarakat adat Dayak, khususnya perempuan Dayak.

Dengan mengembangkan kemampuan dan keterampilan lanjut Andriyani, dalam berbagai aktivitas ekonomi produktif untuk mengolah lahan di sekitarnya sebagai sumber penghidupan mereka, sambil tetap merawat hutan dan alam sekitar dengan mengandalkan kearifan tradisional masyarakat adat Dayak.

Dijelaskan Andriyani, LPDN sedang merancang Program Sekolah Lapang demi pemberdayaan perempuan dan anak-anak muda Dayak yang diintegrasikan dengan Program Pemerintah berupa Perhutanan Sosial.

Melalui Sekolah Lapang, kata Andriyani para peserta khususnya perempuan Dayak, dilatih dan didampingi untuk pada akhirnya dapat mengolah dan memanfaatkan lahan yang dimilikinya maupun diperoleh melalui Program Perhutanan Sosial untuk pertanian, perkebunan dan peternakan.

“Sekaligus menjaga, merehabilitasi lahan dengan tanaman-tanaman tegakan umur panjang sebagai tanaman hutan atau perkebunan,” tegas Andriani.

Selain itu menurut Andriani, sekolah Lapang akan mengembangkan aktivitas pemberdayaan berupa pelatihan dan pendamping oleh fasilitator produksi berbasis teknologi tepat guna, pemasaran sinergi antara akademisi, pengusaha, pemerintah dan komunitas dan akses modal.(nw)

Tinggalkan Balasan

Latest from Blog