Di tengah lebatnya pepohonan dan semak belukar yang nyaring menutup jalan, sebuah jalur sempit tampak membelah hijaunya hutan.
Inilah jalan yang setiap hari dilalui oleh seorang guru honorer menuju sekolah tempatnya mengajar, di pelosok Barito Kuala.

Guru honorer, Hikmah menjelaskan meski ada rute lain yang ditawarkan, jalanan beraspal, lebih besar dan melewati pemukiman warga, jalur sempit ini tetap ia pilih.


“Lewat jalan besar memang lebih nyaman dan aman, tapi lebih jauh. Juga mengirit ongkos minyak dengan gaji honorer yang masih pas-pasan,” jelasnya.
Meski dengan semangat mengajar yang tinggi, namun alam terkadang tidak merestui, terlebih disaat turun hujan. Jalan berbatu itu licin, dan jalan yang tidak berbatu berubah menjadi sangat becek.

Di beberapa titik, terdapat jembatan kecil seadanya yang kadang ujungnya rusak, harus diperbaiki sendiri sebelum dilewati.
“Kalau jembatannya rusak, biasanya saya cari kayu untuk menutupi lubang jembatan yang besar,” Ia kembali menjelaskan.
Sebagai guru honorer, ia digaji seadanya. Tapi hal itu tidak menyurutkan niat dan semangat nya untuk mengabdi.
“Gajinya memang tidak seberapa, tapi kalau saya tidak datang, siapa yang ajar anak-anak,” ia menutup kalimat dengan pelan.
Dedikasi seperti inilah yang sering tidak terlihat oleh para pemimpin diatas sana. Guru yang rela menerjang cuaca, melewati jalur berbahaya demi memastikan setiap anak tetap mendapatkan hak belajar.
Reporter Aminah Newsway.co.id Batola