Pasah Itah, Salah Satu Bangunan Bersejarah Dilestarikan Masyarakat Dayak

Pasah Itah ( Foto: Winda/newsway.co.id)

NEWSWAY.CO.ID, PULANG PISAU – Suku Dayak Kalimantan Tengah (Kalteng) memiliki budaya yang sangat unik dan sakral, aura spiritual juga kental melekat sebagai identitas masyarakat Dayak.

~ Advertisements ~
~ Advertisements ~

Salah satunya Pasah Itah, milik Tokoh Adat, Duyu Masyulian (52 Tahun) atau yang lebih dikenal dengan panggilan om Duyu.

~ Advertisements ~
~ Advertisements ~
~ Advertisements ~

Saat Newsway.co.id berkunjung, om Duyu menceritakan, Pasah Itah dalam bahasa Indonesia artinya Rumah Bersama, pada jaman dulu Pasah Itah ini hanya sebagai tempat persinggahan bagi masyarakat dari desa – desa atau pada saat Pulang Pisau belum menjadi kabupaten.

~ Advertisements ~

“Namun Pasah Itah ini tidak terawat, banyak sampah berserakan dan sangat berantakan, yang kemudian Pasah Itah akhirnya tidak lagi dipergunakan untuk tempat persinggahan,” kata Om Duyu. Senin ( 5/4/2025.)

~ Advertisements ~
Tokoh Adat Duyu Masyulian ( Om Duyu) usai diwawancara. ( Foto : Winda/newsway.co.id

Om Duyu menceritakan, ornamen dari Pasah Itah sendiri terdiri dari 5 warna yang memiliki filosofi bagi orang Dayak yang bersifat Nasional, dimulai dari Warna Baputi (Putih), Bahenda (Kuning), Bahandang ( Merah), Bahijau (Hijau) dan Babilem (Hitam)

“Dari setiap warna memiliki arti dan makan yang berbeda, dimulai dari warna putih yang melambangkan kesucian hati, kuning melambangkan menghormati leluhur dan budaya, merah melambangkan berani karna benar, hijau melestarikan alam dan warna hitam sebagai lambang menerima suku dan agama apa aja diterima dengan baik di Kalimantan Tengah ini,” tutur Om Duyu.

Tombak sebagai alat berburu nenek moyang yang usianya ratusan tahun ( Foto: Winda/newsway.co.id)

Dalam Pasah Itah juga terdapat banyak sekali senjata dan barang – barang peninggalan nenek moyang yang memiliki sejarah yang melekat dengan identitas Dayak.

Dengan semangat om Duyu menceritakan, fungsi dari barang – barang peninggalan nenek moyangnya.

Dalam Pasah Itah terdapat beberapa barang seperti garantung (Gong) tombak, mandau, sipet (Sumpit) dan minyak yang biasa digunakan untuk media pengobatan secara spiritual.

“Garantung ini beusia ratusan tahun. Pada jaman dulu Garantung digunakan untuk media untuk menyampaikan informasi sempetin pengumuman ada orang meninggal, perkawinan dan berita lainnya, bunyinya juga tergantung berita yang disampaikan, jaman dulu masyarakat Dayak banyak tinggal di hutan dan berpindah – pindah (Nomaden) karna aktivitas berburu atau berladang,” ujar Om Duyu.

Mandau yang sudah diwariskan kepada 7 turunan (foto.winda/newsway.co.id)

Selain itu terdapat tombak untuk beburu dengan berbagai mata tombak sesuai dengan fungsi tempat pemburuannya. Selain alat berburu juga terdapat mandau yang usainya sudah 7 turunan, diturunkan turun – temurun.

Dalam pancawarna lambang warna Dayak terdapat warna Bahijau (Hijau) yang memiliki makna melestarikan alam, ini juga bertujuan untuk bagimana mempertahankan daun – daun atau akar – akaran yang digunakan untuk media pengobatan tradisional.

Sipet atau manyipet (Sumpit) adalah alat tradisional untuk beburu leluhur jaman dulu, sekarang manyipet ini dijadikan olah raga tradisional.

Garantung atau Gong yang berusia ratusan tahun ( foto : Winda/newsway.co.id)

Menurut om Duyu, manyipet harus dilestatikan karna selain bagian dari sejarah juga bagian dari tradisi orang Dayak yang saat ini sudah mulai hilang.

Dijelaskan Om Duyu, adanya Pasah Itah juga sebagai sarana kaum muda untuk belajar dan mengenal sejarah.

” Supaya anak muda jaman sekarang mengenal identitas nya sebagai orang Dayak dan tidak melupakan sejarah, selain itu juga sebagai sebagai salah satu mempertahankan budaya manyipet, di Pasah Itah juga bisa belajar manyipet,” jelas Om Duyu.

Om duyu menegaskan, bagi anak muda jangan malu untuk mengenal sejarah, harus bangga dengan sejarah Dayak dan melestarikan serta merawatnya dengan cara tidak merusak peninggalan leluhur.

Latest from Blog