Di tengah sejuknya dataran tinggi Kabupaten Bangli, berdiri sebuah desa yang memancarkan keindahan dan kearifan lokal Bali yang masih terjaga utuh yaitu Desa Penglipuran. Desa ini bukan sekadar destinasi wisata, melainkan cerminan harmoni antara manusia, alam dan budaya.
Kabupaten Bangli sendiri dikenal unik. Dari sembilan kabupaten dan kota di Pulau Bali, hanya Bangli yang tidak memiliki wilayah laut. Namun, Tuhan membalasnya dengan keindahan luar biasa Danau Batur, permata biru yang memantulkan keanggunan Gunung Batur di kejauhan.
Perjalanan menuju Desa Penglipuran dari Danau Batur memakan waktu sekitar satu jam. Wisatawan dapat menempuhnya dengan kendaraan pribadi, ojek daring, maupun transportasi umum. Jalanan yang menanjak di antara hutan bambu dan perkampungan tradisional seolah membawa setiap pengunjung kembali ke masa lalu Bali yang penuh kedamaian.
Asal Usul dan Makna Filosofis
Nama “Penglipuran” konon berasal dari kata lipur lara, yang berarti pelipur duka. Dahulu, desa ini menjadi tempat rekreasi bagi para raja Bali untuk melepas penat, bahkan sering dijadikan tempat beristirahat bersama keluarga kerajaan.
Bli Widi, salah satu pemandu wisata lokal, menuturkan, sejarah panjang itu turut membentuk karakter masyarakat Penglipuran.
“Dulu raja-raja datang ke sini untuk menenangkan hati. Sampai sekarang, ketenangan itu masih terasa,” ucapnya.
Hukum Adat yang Masih Dipegang Teguh
Salah satu keunikan Desa Penglipuran adalah sistem hukum adat yang masih dijalankan secara lisan. Meski tidak tercatat dalam peraturan perdata modern, masyarakatnya menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dan tanggung jawab.
“Kalau ada warga yang kedapatan mencuri, dia harus menjalani upacara pembersihan desa. Bukan cuma dihukum, tapi juga disucikan agar tidak membawa pengaruh buruk bagi masyarakat,” jelas Bli Widi.
Rumah-rumah di desa ini pun dibangun saling terhubung. Tujuannya bukan semata estetika, melainkan untuk memperkuat kebersamaan. Saat terjadi kebakaran atau pencurian, warga dapat saling membantu dengan cepat.
“Di sini tidak ada yang tinggal diam kalau tetangga butuh pertolongan,” ujarnya.
Bukan Sekadar Destinasi Wisata
Sebagai desa wisata, Penglipuran tidak terjebak pada orientasi keuntungan semata. Pemerintah desa bersama masyarakat tetap memegang visi luhur: menjaga warisan budaya. Tiket masuk yang dibanderol Rp30.000 untuk wisatawan domestik dan Rp50.000 untuk wisatawan asing bukan hanya untuk kas desa, melainkan juga digunakan bagi kesejahteraan bersama.
“Waktu pandemi COVID-19, hasil dari pengelolaan wisata di sini membantu warga bertahan. Semua transparan, dikelola lewat BUMDes,” tutur Bli Widi.
Bahkan, setiap bulan diadakan rapat desa adat untuk melaporkan penggunaan dana. Transparansi inilah yang membuat warga tetap bersemangat menjaga desanya.
Menikmati Pengalaman Budaya
Selain berkeliling menikmati arsitektur khas Bali yang tertata rapi, wisatawan juga bisa menyewa pakaian adat Bali seharga Rp50.000 untuk berfoto atau sekadar merasakan suasana adat yang kental. Di sepanjang jalan utama, deretan kios menjajakan kain tenun, aksesoris, hingga buah durian lokal yang legit dan beraroma kuat.
Suasana desa terasa sangat asri dan bersih. Tak heran, Penglipuran pernah dinobatkan sebagai salah satu desa terbersih di dunia dan menjadi ikon pariwisata budaya Bali.
Jam Buka dan Tips Berkunjung
Desa Penglipuran buka setiap hari mulai pukul 08.00 hingga 18.30 WITA. Waktu terbaik untuk berkunjung adalah pagi atau sore hari, ketika udara sejuk dan cahaya matahari menembus lembut di antara rumpun bambu.
Untuk menuju ke sana, wisatawan cukup mengikuti rute ke Jl. Penglipuran, Kubu, Kecamatan Bangli, sekitar 45 kilometer dari Denpasar. Fasilitas parkir dan area istirahat juga sudah tersedia.
Menjaga Warisan, Menyentuh Jiwa
Desa Penglipuran bukan hanya destinasi yang memanjakan mata, tetapi juga menggetarkan hati. Nilai-nilai kejujuran, gotong royong dan penghormatan pada alam hidup berdampingan dalam keseharian warganya.
“Bukan uang yang membuat kami bangga, tapi kalau orang datang ke sini, lalu pulang dengan rasa ingin menjaga adat dan budaya seperti kami,” pungkasnya.(nw)
