NEWSWAY.CO.ID, BANJARBARU – Kalimantan Selatan menjadi tuan rumah Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional (PITNAS) ke-33 yang diselenggarakan oleh Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI). Kegiatan berskala nasional ini resmi dibuka pada Jumat (3/10/2025) di Hotel Galaxy Banjarmasin, dan dihadiri ratusan perawat dialisis dari seluruh penjuru Indonesia.

PITNAS tahun ini menjadi momentum penting untuk penguatan kompetensi, pertukaran pengetahuan, dan pengembangan inovasi layanan kesehatan, khususnya dalam praktik keperawatan pasien gagal ginjal yang menjalani prosedur dialisis atau cuci darah.
Acara ini dibuka secara resmi oleh Plt. Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Setdaprov Kalsel, Muhamad Muslim, yang mewakili Gubernur Kalimantan Selatan, H. Muhidin.
“Pertemuan ilmiah ini menjadi forum strategis untuk memperkuat kapasitas para perawat dialisis. Bukan hanya tentang keahlian teknis, tetapi juga membangun empati dan kedekatan emosional dengan pasien,” ujar Muhamad Muslim dalam sambutannya.
Ia menekankan, dalam dunia keperawatan dialisis, profesionalisme harus berjalan seiring dengan kepedulian dan ketelitian. Prosedur dialisis menuntut ketepatan tinggi, namun juga membutuhkan sentuhan kemanusiaan untuk menghadirkan pelayanan yang bermakna bagi pasien.
“Perawat dialisis tidak hanya menjalankan prosedur medis, mereka juga menjadi penguat semangat hidup bagi pasien gagal ginjal. Ini bukan pekerjaan mudah, tapi mulia,” tambahnya.
PITNAS IPDI ke-33 juga menjadi sarana koordinasi antara berbagai elemen profesi, mulai dari pengurus pusat IPDI, Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), hingga Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI). Kehadiran para pemangku kepentingan ini diharapkan mendorong lahirnya kebijakan dan standar layanan yang lebih baik di bidang nefrologi keperawatan.
Dengan meningkatnya jumlah pasien gagal ginjal di Indonesia, termasuk di Kalimantan Selatan, kegiatan seperti PITNAS menjadi sangat relevan untuk memastikan bahwa tenaga kesehatan siap menghadapi tantangan layanan kesehatan kronis di masa depan.
“Kami berharap perawat dialisis terus mengembangkan diri, tidak hanya mengikuti perkembangan teknologi, tetapi juga meningkatkan etika dan komunikasi dalam melayani pasien,” tutup Muslim. (nw)*