NEWSWAY.CO.ID, JAKARTA – Pernyataan Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, yang membuka peluang penggunaan serangga seperti belalang dan ulat sagu sebagai menu dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) menuai kontroversi.
Kritik terbaru datang dari Direktur Eksekutif Center for Budget Analysis (CBA), Uchok Sky Khadafi, yang menyayangkan wacana tersebut.
Uchok menilai wacana tersebut mencerminkan kesulitan pemerintah dalam mencari anggaran untuk program MBG.
Ia menduga bahwa kondisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sedang mengalami keterbatasan.
“Ini menunjukkan pemerintah pusing mencari anggaran untuk program makan bergizi gratis. Bahkan mungkin sudah tidak ada negara lain atau lembaga keuangan yang mau memberikan pinjaman,” ujar Uchok.
Lebih lanjut, Uchok menyindir bahwa sebelum masyarakat diminta mengonsumsi serangga, para pejabat negara seharusnya menjadi contoh terlebih dahulu dengan menjadikan serangga sebagai bagian dari menu harian mereka.
“Sebelum rakyat makan serangga, suruh para menteri atau pejabat negara makan duluan. Selama ini mereka sudah merdeka, menikmati fasilitas dari pajak rakyat. Kalau mereka makan serangga tiap hari, anggaran makan minum lembaga negara juga bisa dihemat,” tegasnya.
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) bertujuan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap makanan bernutrisi.
Namun, wacana memasukkan serangga sebagai alternatif menu dianggap kontroversial dan menuai beragam reaksi di tengah masyarakat.
Sementara itu, Kepala BGN, Dadan Hindayana, sebelumnya menyebutkan bahwa serangga memiliki potensi gizi yang tinggi, seperti protein, vitamin, dan mineral, yang dapat menjadi solusi untuk kebutuhan nutrisi masyarakat.
Meski demikian, kritik dari berbagai pihak menunjukkan perlunya kajian yang lebih mendalam serta pendekatan yang lebih baik untuk meyakinkan masyarakat mengenai manfaat dari konsumsi serangga.
