Adalah Subiati perempuan 39 tahun dari Kabupaten Gunung Mas itu akhirnya sampai di RSUD Pulang Pisau penuh dengan perjuangan yang berat dan bisa bertemu Bupati Pulang Pisau Nunu Andriani.


Dia adalah salah satu keluarga pasien bibir sumbing yang ingin ikut melakukan operasi anaknya karena mengalami bibir sumbing.



Ia menceritakan bagaimana dirinya berjuang untuk anaknya untuk bisa dioperasi karena mengalami bibir sumbing untuk oleh organisasi Non Governmental Organization ( NGO) Smaile Train yang bekerjasama dengan pemerintah Kabupaten Pulang Pisau dan RSUD secara gratis.

“Saya tau informasi adanya operasi bibir sumbing ini dari media sosial dan saya mengikuti group bibir Sumbing, dari situ saya bertekad untuk anak saya mendapatkan operasi supaya bisa hidup normal seperti anak – anak lain,” ujar Mama Hasan sapaan sehari-harinya Sabtu (30/3/2024) di RSUD Pulang Pisau.

Matanya berkaca-kaca menahan tangis, perempuan oaruh baya itu dengan terbata menceritakan perjuangannya dari daerah asalnya Kabupaten Gunung Mas ke Pulang Pisau untuk ikut operasi bibir sumbing anaknya yang ke 3 kalinya.
“Saya datang kesini dengan menumpang mobil pickup pedagang sayur yang akan pulang ke Banjar, karna tidak ada biaya untuk naik travel,” ujarnya lirih.
Dengan nada lirih ia mengaku di jalan harus merasakan kepanasan dan kehujanan karena mobil pickup itu tidak ada penutupnya.
Hanya karena ingin anaknya bisa sembuh dengan dioperasi dirinya nekat datang ke Pulang Pisau.
“Supaya anak saya tidak lagi dibully oleh masayarakat,” imbuh Mama Hasan sambil mengusap air matanya.
Ia mengaku lega aetelah sampai di Pulang Pisau dan anaknya bisa dioperasi, bahkan dengan hatinya yang berkecamuk ia sempat berpesan kepada masyarakat untuk tidak malu membawa anaknya melakukan operasi bibir sumbing jika punya anak yang mengalami itu, bahkan jika harus mengikuti program gratis seperti yang dirinya ikuti.
“Jangan takut untuk melakukan operasi bagi anak-anak kita, mumpung anak kita masih kecil lebih mudah dirawat dan ke depan anak-anak kita tidak dibully di masyarakat karna bibirnya sumbing,” pungkas Mama Hasan sambil menahan tangis.
Menyikapi itu, Sosial workers Smaile Train, Criss Philip Alessandro mengatakan, pihaknya cukup mengapresiasi perjuangan Subiati.
Ia akan memberikan pelayanan terbaik bagi pasien yang datang untuk mengikuti program operasi bibir sumbing tersebut.
“Kami sudah melakukan kegiatan sosial di 13 Kabupaten dan satu kota yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng).
Ia mengaku untuk menjalankan program ini, tidak bisa melakukannya sendiri, sehingga perlu kejasama berbagai pihak seperti pemerintah kabupaten, rumah sakit dan yayasan lainnya.
“Di Kalimantan Tengah sendiri sudah dilakukan operasi bibir sumbing dan celah langit-langit, sebanyak 550 orang anak yang mengalami bibir sumbing dari tahun 2015,” ujar Criss
Dengan tegas dan suara dalam dirinya menyampaikan ucapan terimakasih kepada pemerintah Kabupaten Pulang Pisau karena sudah mengijinkan dilakukannya bakti sosial bekerjasama dengan RSUD Pulang Pisau untuk melaksanakan operasi bibir sumbing ini.
Terakhir Cris menyampaikan bahwa operasi secara regional untuk biaya oprasi bibir sumbing satu orang anak Rp 7 juta-Rp 15 juta, aedangkan untuk celah langit-langit Rp 20 juta-Rp 30 juta per pasien.