Kisah Perjuangan Bungsu Raden, Pahlawan Tanpa Tanda Jasa dari Pulang Pisau

Asmad Bungsu anak pejuang Perang (veteran) Pulang pisau, saat menunjukan beberapa surat penghargaan sang ayah Bungsu Raden (Foto.Winda/newsway.id)

Para veteran yang berjuang merebut kemerdekaan Republik Indonesia layak mendapatkan penghargaan dan perhatian serius.

~ Advertisements ~

Salah satu tokoh pejuang tersebut adalah almarhum Bungsu Raden, seorang veteran perang dari Kabupaten Pulang Pisau.

~ Advertisements ~
~ Advertisements ~

Perjuangan Bungsu Raden dalam merebut kemerdekaan RI dari tangan penjajah diceritakan oleh anak keduanya, Asmad Bungsu, yang saat ini berusia 73 tahun. Dengan air mata yang berlinang, Asmad menceritakan kisah heroik ayahnya.

~ Advertisements ~

“Ayah saya dulu adalah pejuang kemerdekaan Republik Indonesia. Saat itu, beliau bertugas sebagai penghubung informasi antara Pulang Pisau dan Bahaur,” kenang Asmad, yang akrab disapa Amang, saat berbicara pada Jumat (8/8/2024).

~ Advertisements ~

Asmad mengingat dengan jelas masa kecilnya, ketika ayahnya sering bercerita tentang perjuangannya melawan penjajah sambil menyeruput kopi bersama para tetangga.

“Cerita-cerita itu selalu saya kenang, terutama saat menjelang Hari Kemerdekaan RI pada 17 Agustus,” ujar Amang Asmad.

Salah satu kisah yang paling berkesan adalah saat rumah mereka dibakar oleh prajurit Belanda sekitar pukul 4 pagi. Rumah yang terbuat dari bambu, kajang, dan atap rumbia tersebut habis dilalap api.

Asmad Bungsu saat berjualan di warung miliknya (Foto.Winda/newsway.id)

Sebelum rumah dibakar, prajurit Belanda menembak ke segala arah dan mengepung rumah mereka sambil berteriak mencari Bungsu Raden. Namun, para prajurit tersebut tidak mengenali wajah Bungsu Raden, hanya mengetahui namanya.

“Mereka terus berteriak mencari Bungsu Raden, yang ternyata adalah ayah saya. Tetapi karena mereka tidak mengenali wajahnya, ayah saya bisa menghindar dari identifikasi,” ungkap Amang Asmad, mengenang cerita ayahnya.

Setelah ditangkap, Bungsu Raden dibawa ke kapal. Meskipun saat pengepungan dia memiliki senjata rakitan di rumah, dia tidak dapat melawan karena jumlah prajurit Belanda yang terlalu banyak.

Di kapal, Bungsu Raden bertemu dengan seorang Indonesia yang menjadi mata-mata Belanda. Namun, berkat bantuan seorang pria Madura yang meyakinkan prajurit Belanda bahwa Bungsu Raden hanyalah seorang petani, dia akhirnya dibebaskan dan diizinkan kembali ke rumahnya yang sudah terbakar.

Asmad juga mengenang bagaimana ayahnya bersama para pejuang lainnya sering menahan lapar selama masa perjuangan. Mereka hanya mengandalkan singkong yang ditanam sendiri untuk bertahan hidup.

“Ayah saya saat itu menyamar sebagai petani singkong dan tanaman lainnya. Hasil dari bertani tersebut digunakan untuk memberi makan para pejuang lainnya,” cerita Amang Asmad.

Asmad Bungsu saat bercerita perjuangan Sang ayah sambil menitikan air mata (foto.Winda/newsway.id)

Kini, sebagai anak seorang pejuang, Amang Asmad melanjutkan perjuangan hidupnya dengan cara yang berbeda.

Dia kini mengelola sebuah warung makan di depan RSUD Pulang Pisau, demi menyambung hidup bersama keluarganya.

Perjuangan Bungsu Raden dan kenangan tentangnya akan terus hidup dalam hati Amang Asmad dan keluarganya.

Tinggalkan Balasan

Latest from Blog