Dari Dapur Sekolah Khusus ke Panggung Inovasi: Buah Rimbang Disulap Jadi Sirup dan Selai oleh Guru Inspiratif di Palangka Raya

Selai dan sirup Rimbang. (Foto : Ist/newsway.co.id)

Di tangan kreatif seorang guru di Sekolah Khusus (SKH) Negeri 1 Palangka Raya, buah rimbang atau terong asam yang selama ini hanya dikenal sebagai pelengkap masakan berkuah, kini menjelma menjadi kudapan manis penuh nilai tambah: sirup, selai, bahkan bolu gulung.

~ Advertisements ~

Dialah Theristya Ivana, S.Pd, guru penuh dedikasi yang menggandeng tim tata boga sekolahnya untuk mengolah rimbang menjadi produk pangan inovatif.

Dengan dukungan penuh dari Kepala Sekolah, Hj. Anita, S.Pd.SD, Theristya dan tim menjadikan dapur sekolah sebagai laboratorium rasa yang menghasilkan produk bernilai ekonomi.

“Awalnya hanya coba-coba, tapi ternyata banyak yang suka. Rimbang yang asam dan segar itu ternyata cocok untuk olahan manis juga,” tutur Theristya, Minggu (25/5/2025).

Sajian sirup dan selai Rimbang ( Foto : Ist /newsway.co.id)

Dari Sirup hingga Bolu Gulung

Untuk menghasilkan sirup rimbang, buah matang berwarna kuning cerah dipilih secara selektif. Biji dibuang, lalu buah direbus bersama gula hingga mengental. Hasilnya, minuman bercita rasa segar dengan kandungan vitamin C tinggi yang cocok disajikan hangat maupun dingin.

Selai rimbang pun tak kalah menarik. Buah dihaluskan, dimasak hingga mengental, dan menghasilkan tekstur lembut dengan rasa manis-asam yang khas. Selai ini cocok menjadi isian bolu gulung atau olesan roti saat sarapan pagi.

“Rimbang bisa jadi teman kopi dan teh di pagi hari. Selai rimbang kami juga cocok untuk kue kering. Harum, manis, dan ada sedikit rasa segar dari buah aslinya,” ujarnya penuh semangat.

Tak hanya lezat, produk ini juga sehat karena tanpa bahan pengawet, sehingga hanya bertahan satu minggu di suhu ruang, atau tiga minggu jika disimpan dalam lemari pendingin.

Sirup Rimbang (Foto: Ist/newsway.co.id)

Harga Terjangkau, Respon Positif

Meski masih skala rumahan dan berbasis sekolah, produk ini sudah diminati banyak orang. Sirup rimbang dijual seharga Rp15.000 per botol 250 ml, selai rimbang 300 ml seharga Rp20.000, dan bolu gulung ukuran sedang Rp20.000.

“Kami masih sistem pre-order, tapi setiap Kamis ada Market Day di sekolah,” ujar Theristya.

Sejak dikenalkan enam bulan lalu, inovasi ini mendapat respon luar biasa. Saat tampil di Kalteng Expo 2025, produk olahan rimbang mereka jadi pusat perhatian dengan tema inovasi pangan lokal.

Meski saat ini pemasaran masih terbatas pada lingkungan sekolah dan keluarga besar SKH Negeri 1, Theristya optimistis dapat memperluas jangkauan pasar dengan dukungan pemerintah.

“Kami berharap, olahan rimbang ini bisa terus ditampilkan di berbagai pameran lokal maupun nasional. Ini bukan cuma soal makanan, tapi tentang potensi besar dari bahan pangan lokal khas Kalimantan Tengah,” pungkasnya.

Dari ruang kelas ke dapur sekolah, dari rimbang ke rak-rak pameran, kisah Theristya dan timnya menjadi bukti bahwa inovasi bisa dimulai dari mana saja – bahkan dari buah yang selama ini dianggap biasa saja.

Latest from Blog