Di usianya yang baru 16 tahun, Mutia Salwa Salsabila telah menorehkan prestasi membanggakan bagi Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Namanya mulai dikenal setelah tampil gemilang di berbagai kejuaraan Mixed Martial Arts (MMA), bahkan hingga mewakili Indonesia di ajang internasional di Abu Dhabi pada Juli 2025.
Awal Perjalanan
Mutia mulai mengenal dunia bela diri sejak kecil. Ia berlatih karate sejak duduk di bangku kelas 4 SD, dibimbing oleh pelatih yang kelak juga memperkenalkannya pada MMA.
Perjalanan ke dunia tarung bebas itu dimulai pada 1 Januari 2024, ketika sang pelatih karate, Sensei Yanto, sekaligus pelatih MMA, mengajaknya mencoba disiplin baru.
“Saat itu saya masih ragu dan tidak yakin dengan diri sendiri. Tapi sensei terus memberi semangat, hingga akhirnya saya berani mencoba,” kenang Mutia.
Momen penting itu bertepatan dengan lahirnya The Lion Camp pada 24 Januari 2025. Bersama sejumlah rekan lain yang juga tertarik, Mutia mulai serius berlatih MMA.
Prestasi di Tingkat Nasional
Kejuaraan pertama yang diikuti Mutia adalah Kejurprov di Banjarmasin, di mana ia turun di kelas stand up fight dan berhasil meraih juara 2. Hasil itu menjadi pijakan awal untuk melangkah lebih jauh.
Beberapa bulan kemudian, Mutia mengikuti seleksi persiapan Kejurnas di Surabaya. Ia sempat lolos di dua cabang sekaligus, stand up dan MMA. Namun, ia memilih fokus di MMA karena dianggap lebih sesuai dengan gaya bertarungnya.
Keputusan itu terbukti tepat. Pada Kejurnas Surabaya, Mutia meraih medali emas di kelas MMA. Momen itu terasa istimewa karena bertepatan dengan hari ulang tahunnya pada 13 Mei.
“Rasanya luar biasa, hadiah ulang tahun paling berkesan sepanjang hidup saya,” ujarnya.
Terpilih Wakili Indonesia ke Abu Dhabi
Kemenangan di Surabaya membawanya ke peluang yang lebih besar. Mutia terpilih menjadi salah satu dari dua atlet asal Kalimantan Selatan yang mewakili Indonesia di Kejuaraan Dunia MMA Youth di Abu Dhabi, 20–27 Juli 2025.
Sebelum berangkat, Mutia menjalani pemusatan latihan nasional (pelatnas) selama setengah bulan di ASTA Gym Sentul, Bogor bersama pelatih nasional Suwardi.
Di Abu Dhabi, Mutia menghadapi lawan-lawan tangguh dari Hungaria, Serbia, dan Ukraina. Meski tampil penuh semangat, ia harus menerima kekalahan pertamanya di dunia MMA.
“Di sana saya sadar, lawan-lawan saya punya pengalaman jauh lebih lama. Ada yang sudah berlatih sejak 2021, sementara saya baru mulai tahun ini. Tapi justru dari kekalahan itu, saya banyak belajar dan makin termotivasi,” kata Mutia.
Rasa Syukur dan Harapan
Mutia tidak lupa menyampaikan rasa terima kasih kepada para pelatih dan sosok yang telah mendukung perjalanannya. Mulai dari Sensei Yanto yang memperkenalkannya pada MMA, Coach Habibi dan Coach Bakhti yang melatih teknik, hingga Ketua Umum Kalsel, Pak Okta, yang memperjuangkan keberangkatan mereka ke Abu Dhabi.
“Tanpa mereka, saya tidak akan bisa sampai sejauh ini,” ucapnya penuh rasa syukur.
Kini, meski baru memulai karier di dunia MMA, Mutia telah membuktikan potensinya. Kekalahan di Abu Dhabi bukan akhir, melainkan awal dari perjalanan yang lebih panjang.
Semangatnya untuk bangkit dan kembali meraih prestasi menjadi motivasi tidak hanya bagi dirinya, tetapi juga bagi generasi muda Banjar yang bercita-cita menembus panggung olahraga dunia.