Nostalgia Masa Kecil: Layangan Kembali Ramaikan Sore Kampung

12 September 2025
Antusias warga bermain layangan di Cindai Alus (Foto : Muhammad Ervan Ariya Ramadani/newsway.co.id)

Riuh tawa dan sorak sorai memecah keheningan sore di kawasan Cindai Alus. Bukan karena sebuah festival atau acara besar, melainkan karena pemandangan sederhana namun menghangatkan hati: warga yang kembali asyik menerbangkan layangan. Permainan tradisional ini seolah menjadi oase di tengah kesibukan modern, membawa kembali kenangan masa kecil yang indah.

Di sebuah lapangan yang menjadi saksi bisu, puluhan layangan dengan berbagai bentuk dan warna menghiasi langit Cindai Alus. Anak-anak berlarian mengejar layangan yang terbang rendah, sementara orang dewasa dengan sabar berusaha menaklukkan angin yang berhembus tak menentu. Di antara mereka, tampak Gausan, seorang warga yang begitu antusias menghidupkan kembali tradisi ini.

“Main kelayangan ini untuk meramaikan suasana saja, sekaligus mengenang masa lalu ketika masih kecil,” ujar Gausan.

Menurutnya, kegiatan bermain layangan ini sempat vakum selama beberapa waktu. Namun, semangat kebersamaan dan kerinduan akan masa lalu membuat tradisi ini kembali bergairah. “Dulu sempat tidak ada yang main lagi, tapi sekarang ramai lagi karena orang-orang pada kumpul,” jelasnya.

Layangan memang identik dengan permainan anak-anak. Namun, bagi orang dewasa seperti Gausan, layangan bukan sekadar permainan, melainkan sebuah perjalanan waktu. “Meski disebut permainan anak-anak, bagi kami yang dewasa tetap seru. Ada rasa rindu yang terobati,” katanya sambil tertawa.

Menerbangkan layangan memang bukan perkara mudah. Apalagi di musim hujan seperti sekarang, angin yang tidak stabil menjadi tantangan tersendiri. Namun, justru di situlah letak keseruannya. “Kalau musim hujan begini memang agak susah, tapi justru di situ letak serunya,” ungkap Gausan.

Lebih dari sekadar hiburan, bagi warga Cindai Alus, bermain layangan adalah upaya untuk menjaga tradisi agar tidak punah. Dengan melibatkan berbagai generasi, permainan layangan kembali menjadi simbol kebersamaan dan kehangatan di tengah kehidupan kampung.

“Kami berharap, tradisi ini akan terus hidup dan menjadi bagian dari identitas Cindai Alus,” pungkas Gausan.

Di bawah langit Cindai Alus yang mulai merona, layangan-layangan terus menari mengikuti irama angin. Sebuah pemandangan yang sederhana, namun mampu membangkitkan nostalgia dan mempererat tali persaudaraan. Di tengah modernisasi yang semakin pesat, tradisi layangan tetap menjadi perekat yang kuat bagi masyarakat Cindai Alus. (nw)

Tinggalkan Balasan

Latest from Blog