NEWSWAY.ID, BANJARBARU – Tensi politik di Banjarbaru kian bergejolak, salah satunya setelah beralihnya dukungan PKB kepada Hj Erna Lisa Halaby yang semula sudah mengeluarkan SK kepada pasangan HM Aditya Mufti Ariffin-Habib Said Abdullah Alkaff.
Kalangan ulama di Banjarbaru seakan tidak sepakat dengan beralihnya dukungan partai yang kental dengan latar belakang Islam dan Kyai itu, akibat manuver PKB tersebut sebanyak 30 ulama, tokoh masyarakat hingga habaib se-Banjarbaru kabarnya menyurati PKB.

Pasalnya menurut para ulama tersebut hanya PKB yang dianggap mampu menyelamatkan pemilu di Kota Idaman dari fenomena borong partai hingga munculnya kotak kosong.


“Kami meminta jajaran pengurus pusat PKB untuk memberikan dukungan kepada Aditya Mufti Ariffin,” demikian bunyi surat bertarikh 17 Agustus tersebut, disampaikan salah satu sumber terpercaya media ini Senin (19/8/2024).
Para Ulama, tokoh agama dan Habib menilai ada empat poin mendasar kenapa surat itu muncul, pertama para ulama menganggap pembangunan Banjarbaru di kepemimpinan Wali Kota HM Aditya Mufti Ariffin berjalan dengan baik dan Banjarbaru maju.

“Terbukti banyaknya capaian dan penghargaan dalam tiga tahun terakhir ini,” salah satu kalimat dalam surat tersebut.
Hal kedua adalah bahwa para ulama dan habaib ini menemukan fakta, bahwa masyarakat Banjarbaru masih menginginkan HM Aditya Mufti Ariffin bisa memimpin Banjarbaru.
“Quran dan hadis menyatakan pemimpin itu laki-laki. Dan selama ini kami selalu mendukung serta membantu pemenangan PKB,” lanjutnya.
Ternyata salah satu hal yang tertuang dalam surat tersebut para ulama dan tokoh agama apabila mengindahkan permintaan tersebut para tokoh agama mengancam tak lagi membantu PKB.
“Dan, kami tidak lagi mengakui PKB sebagai partai yang memperjuangkan aspirasi umat islam,” tutup surat rekomendasi itu, ujar sumber newsway.id.
Guru Sam’ani saat dimintai keterangan mengakui bahwa mereka mendukung Aditya untuk melanjutkan kepemimpinannya di periode kedua.
“Kami sebagai para ulama, pimpinan majelis taklim, pimpinan ponpes dan para tokoh MUI sangat mendapatkan manfaat dalam kepemimpinan pak Aditya. Artinya kami cukup kecewa apabila beliau sampai tidak bisa maju lagi dengan cara seperti ini,” terang Pimpinan Majelis Taklim Nurul Iksan itu.
Salah satu hal mendasar menurutnya aelama ini tidak pernah terkendala setiap acara keagamaan, bahkan menurutnya Aditya memfasilitasi segala bentuk aktivitas keagamaan, juga dalam hal pendidikan.
“Banyak hal yang diberikan, beliau memberikan pengalaman untuk belajar ke luar daerah, bahkan luar negeri. Salah satunya ke Yaman dengan program Daurrah,” terangnya.

Ketua PCNU Kota Banjarbaru Dr H Muslih Amberi MSi menegaskan dinamika perpolitikan yang yang terjadi hari ini lumrah adanya, namun menjadi cerminan rusaknya demokrasi di Kota Pendidikan Banjarbaru.
“Kalau sampai melawan kotak kosong pertanda demokrasi yang tidak sehat,” terangnya Minggu (18/8/2024) malam.
Pria yang pernah menjabat sebagai Dekan FISIP Unlam (ULM) dan Ketua Program Studi Magister Admistrasi Publik ULM itu mengungkapkan, bahwa saat ini partai politik di Banjarbaru telah gagal dalam memberikan pembelajaran politik bagi masyarakat Ibu Kota Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel).
“Memang strata pendidikan masyarakat kita di Banjarbaru di atas rata-rata Kabupaten atauKota lainnya. Namun praktisi politik yang direpresentasikan oleh parpol yang harusnya mengajarkan demokrasi jangan sampai merusak iklim demokrasi itu sendiri,” tegasnya.
Lebih jauh ia menambahkan, diharapkan dengan status pemilih cerdas yang disematkan pada masyarakat Banjarbaru harusnya didukung oleh prilaku politik partai dengan cara memberikan edukasi berupa opsi bakal calon wali kota yang beragam, bukan hanya satu pasang alias tunggal yang akan melawan kotak kosong.
“Kondisi ini juga akan membahayakan bagi pasangan calon (paslon) yang berkontestasi dengan kotak kosong. Pasalnya bisa memantik kesadaran politik untuk memilih kotak kosong dalam proses politik di Kota Banjarbaru pada bulan November 2024 mendatang,” tandasnya.