NEWSWAY.CO.ID, MARTAPURA – Penurunan debit air sungai yang signifikan di sejumlah wilayah membuat ancaman nyata bagi sektor perikanan di Kabupaten Banjar.
Penurunan debit air ini diduga akibat penyusutan air sungai riam kanan yang mengakibatkan perubahan kualitas air dan kurangnya suplay oksigen terhadap ikan.
Kepala Bidang Perikanan Budidaya, Bandi Chairullah mengungkapkan, kualitas air saat ini menunjukkan indikasi yang perlu diwaspadai.
“Berdasarkan hasil pengukuran didapatkan hasil Dissolved Oxygen (DO) berada pada kisaran 0,8 mg/L, 1 mg/L dan ada 1,2 mg/L sampai 1,5 mg/L dengan pH 6–7,5. Meskipun kecerahan air masih cukup baik di angka 50 cm dan suhu berada di 28,3 derajat Celsius, padat tebar ikan yang tinggi tanpa penyesuaian bisa memicu kematian massal,” ucapnya saat dikonfirmasi di Kantor DKPP, Kamis (12/6/2025).
Bandi mengatakan, data sementara saat pagi hari tercatat kematian ikan telah mencapai 1,5 ton ikan dan tim masih melakukan pendataan keseluruhan wilayah.
“Hingga sore ini telah tercatat hingga 2 ton lebih kematian ikan. Kematian ikan terbanyak adalah ikan nila dan beberapa lainnya adalah ikan bawal,” tuturnya.
DKPP telah menerbitkan pada jauh-jauh hari dengan surat imbauan dan pengumuman terkait acaman cuaca ekstrim tidak menentu selama ini.
“Tidak hanya itu, kami telah mengumumkan melalui radio dan sosial media, bahkan turun langsung kelapangan melalui kelompok budidaya perikanan setempat,” ujar Bandi.

Bandi menyebutkan, kematian ikan yang cukup banyak ini dikarenakan pembudidaya terlalu padat di dalam keramba sehingga ikan kekurangan oksigen dan pergerakan tidak leluasa.
“Tidak diangkatnya ikan yang mati di keramba juga menjadi faktor penyebab mati masalnya ikan. Ikan yang mati membuat naiknya amoniak dan bakteri di keramba,” katanya.
Ia memberi pesan kepada pembudidaya ikan di Kabupaten Banjar yang terdampak oleh kematian masal ikan ini agar tragedi ini menjadikan pembelajaran yang berharga agar tidak terulang kembali.
“Dalam peristiwa ini ambilah hikmahnya dan ambil sisi positifnya, jangan sampai jatuh kelubang yang sama,” pesan Bandi.

Sementara itu, Sekretaris Desa Mali-Mali, Fajrianoor menanggapi kejadian ini dan mengimbau kepada warga desa yang membudidaya ikan agar terus waspada terhadap penurunan debit air ini.
“Kurangi kapasital yang berlebih ikan di dalam keramba dan berikan alat gemercikan air untuk membantu oksigen kepada ikan,” ucapnya.
Peristiwa kematian massal ikan karena penurunan debit air sungai ini menjadi suatu pelajaran bagi seluruh pembudidaya ikan agar terus lebih berhati-hati dan membaca iklim cuaca melalui data BMKG.