Wijayanti Martina Shella: Karateka Muda Banjar yang Tak Pernah Lelah Mengejar Prestasi

Wijayanti Martina Shella saat diatas podium juara 1 saat Forda Kalsel mewakili Kabupaten Banjar memperoleh medali emas (Foto : Istimewa/newsway.co.id)

Di balik tegasnya tatapan mata dan sabetan gerakan yang presisi, ada kisah panjang perjuangan dan dedikasi dari seorang perempuan muda asal Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Ia adalah Wijayanti Martina Shella akrab disapa Shella seorang karateka berbakat yang kini menjadi salah satu harapan besar daerah dalam dunia olahraga bela diri.

~ Advertisements ~
~ Advertisements ~

Shella bukan hanya sekadar nama di papan hasil kejuaraan. Di balik sederet medali dan penghargaan yang telah diraihnya, ada perjalanan panjang yang dimulai sejak dirinya masih duduk di bangku kelas 4 sekolah dasar, lebih dari satu dekade silam.

~ Advertisements ~
~ Advertisements ~

“Waktu itu saya baru sabuk kuning. Pertama kali ikut kejuaraan Piala Mendagri di Kalsel tahun 2011. Meskipun tidak menang, saya berhasil tembus delapan besar, dan itu jadi pemicu semangat saya untuk terus belajar,” kenang Shella dengan senyum tipis penuh makna.

~ Advertisements ~
~ Advertisements ~

Karate, cabang olahraga yang identik dengan kekuatan fisik dan ketangguhan mental, tak membuat Shella ciut sebagai seorang perempuan. Justru, dari tiap kompetisi yang ia jalani, Shella menemukan kekuatan baru dalam dirinya kekuatan untuk bertahan, melawan rasa takut, dan terus berkembang.

~ Advertisements ~

Dari satu medali perak di kejuaraan daerah, Shella terus menanjak. Ia telah meraih prestasi di berbagai level, mulai dari Porprov, Kejurnas, hingga kejuaraan internasional virtual di Filipina dan Irak. Di tahun 2025 saja, Shella memborong dua medali emas dan satu perak di ajang Forda Kalsel sebuah pencapaian yang mengantarkannya terpilih mewakili Kalimantan Selatan di ajang Fornas VIII di Nusa Tenggara Barat, Juli mendatang.

Namun, jalan menuju podium juara tak selalu mulus. Shella juga pernah merasakan pahitnya kekalahan terhenti di semifinal POMNAS 2022 dan 2023, serta gagal lolos PON karena hanya berada di peringkat 12 dari 38 provinsi.

“Semua kejuaraan punya cerita dan kesan masing-masing. Kalah itu bukan akhir, justru jadi bahan bakar untuk terus memperbaiki diri,” ujarnya mantap.

Di balik keberhasilannya, Shella tak lupa menyebut peran besar orang tua dan pelatihnya, Sayyid Muhammad Yusfiansyah dari Dojo Excellent, yang telah mendampinginya selama 15 tahun perjalanan sebagai karateka.

“Saya bukan siapa-siapa tanpa Sensei. Beliau yang menempa saya dari dasar, yang membentuk disiplin dan karakter saya,” ucap Shella dengan mata berkaca.

Kini, dengan semangat latihan yang terus menyala, Shella mempersiapkan diri menyambut Fornas VIII. Ia yakin, prestasi bukan datang dari latihan sehari semalam, tapi dari proses panjang yang dijalani dengan konsistensi dan tekad yang tak goyah.

“Para juara di luar sana bukan hasil dari latihan kemarin sore,” katanya lugas. “Saya hanya minta dukungan dan doa dari masyarakat Kalsel, agar kami atlet-atlet daerah bisa memberikan yang terbaik dan mengharumkan nama Kalimantan Selatan.”

Dari Kabupaten Banjar, Shella membuktikan bahwa semangat juang, ketekunan, dan cinta pada apa yang ditekuni bisa membawa seorang perempuan muda melampaui batas, menginspirasi, dan menorehkan prestasi hingga ke level nasional dan internasional.

Latest from Blog