NEWSWAY.ID, KOTABARU – Klaim penyebaran gas sulfur dioksida (SO2) oleh Gunung Ruang, Sulawesi Utara, ke seluruh Indonesia yang diduga memicu hujan asam, mendapat perhatian dari publik.
Namun, pakar geologi membantah klaim tersebut. Ahli Menjelaskan Klaim Penyebaran Gas SO2 oleh Gunung Ruang yang Memicu Kontroversi
Awalnya, sejumlah postingan di media sosial mengklaim bahwa gas SO2 dari Gunung Ruang telah menyebar ke seluruh Indonesia, disertai potongan video atau foto yang menunjukkan kondisi berwarna merah di sebagian besar wilayah Indonesia, diduga akibat gas tersebut.
Dalam salah satu unggahan yang beredar, narasi menyebutkan bahwa gas SO2 dari erupsi Gunung Ruang telah menyebar ke seluruh Indonesia, yang dapat menyebabkan hujan asam merusak tanaman dan berbahaya bagi kesehatan.
Namun, ahli geologi menegaskan bahwa klaim tersebut tidak memiliki dasar yang kuat. Sofyan Primulyana, seorang peneliti Bumi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM, menjelaskan bahwa gas vulkanik, termasuk SO2, memang dapat terlepas selama erupsi gunung api.
Namun, Sofyan menegaskan bahwa dampak dari gas SO2 tergantung pada konsentrasi gas tersebut di udara.
“Sejauh ini Efek SO2 terhadap penduduk bahkan yang berada di sekitar Gunung Ruang nampaknya belum ada, karena hingga saat ini belum ada keluhan dari warga setempat (Tagulandang) yang berhubungan dengan pengaruh paparan gas SO2,” ujar Sofyan dikutip dari CNBC Indonesia
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) juga menegaskan bahwa informasi tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Wilayah Jawa Timur, sebagai contoh, tidak terdampak debu vulkanik atau gas SO2 akibat erupsi Gunung Ruang.
Melalui pengamatan seismik, Stageof Balikpapan juga menyatakan bahwa tidak ada perubahan ekstrem dalam aktivitas seismik di Sulawesi Utara.
“Selama letusan Gunung Ruang, tidak ada keluhan dari masyarakat sekitar Kalimantan,” ucap staff Stageof Balikpapan.
Dengan demikian, klaim tentang penyebaran gas SO2 oleh Gunung Ruang ke seluruh Indonesia yang menyebabkan hujan asam perlu disikapi dengan hati-hati, dengan mengacu pada data dan penelitian yang valid dari otoritas yang berwenang.
