NEWSWAY.CO.ID, PULANG PISAU– Setiap 21 April diperingati sebagai hari Kartini, salah satu perempuan yang memperjuangkan kesetaraan pendidikan kaum perempuan. Namun perjuangan R.A Kartini untuk kaum perempuan memiliki pendidikan yang setara masih belum usai.

Era digitalisasi bukan lagi pendidikan yang sulit diakses kaum perempuan, akan tetapi, saat ini banyak kaum perempuan yang terpaksa nikah muda karena kondisi ekonomi dan dampak dari pergaulan bebas.

Anggota DPRD Pulang Pisau Dwi Erlina menyampaikan, pendidikan jaman sekarang berbeda dengan jaman dulu. Sekarang, sesungguhnya mudah untuk perempuan juga mendapatkan hak pendidikan.

“Kesadaran masyarakat atau orang tua terutama di pedesaan masih kurang, dalam dunia pendidikan bagi anak perempuan, ini bisa dilihat masih adanya praktek perkawinan anak,” kata Erlina, Senin ( 21/4/2025)

Erlina menuturkan, perkawinan anak bisa bersampak pada banyak hal, karena kondisi mental dan fisik yang belum siap dalam menjalankan rumah tangga.
Salah satu dampaknya, lanjut Erlina adalah perceraian, kekerasan dalam rumah tangga dan pola asuh anak yang kurang, bisa berdampak pada anak stunting.
Menurut Erlina, beberapa kondisi penyebab perkawinan anak, bukan hanya disebabkan oleh faktor ekonomi, tapi juga pergaulan bebas yang saat ini juga mempengaruhi pola pikir kaum muda.
“Kalau faktor ekonomi sebetulnyakan pemerintah sudah memiliki program sekolah gratis, bahkan program satu desa satu sarjana yang bisa diakses siapa pun, faktor terbesar adalah media sosial yang mempengaruhi pergaulan kaum muda,” tutur Erlina.
Dijelaskan Erlina, pengaruh media sosial saat ini sudah sangat tidak sehat, banyak kaum muda di usia rata – rata sekolah, melakukan aksi – aksi yang negatif di media social, seperti merekam video tak senonoh yang kemudian tersebar di media sosial yang seharusnya tidak dilakukan.
“Peran orang tua, guru dan lingkungan sangat penting dalam memberikan pemahaman moral kepada kaum muda untuk masa depan,” jelas Erlina.
Erlina menghimbau kepada orang tua yang memiliki anak perempuan yang beranjak dewasa, masa transisi menuju dewasa yang terkadang mudah sekali untuk terpengaruh hal negatif, lebih memperhatikan prilaku dan memberikan pemahaman etika yang baik.
Sementara itu untuk para guru di sekolah, jelas Erlina, memberikan edukasi terkait bahaya pergaulan bebas yang bisa menyebabkan terjadinya perkawinan anak dan berpengaruh pada masa depan anak bangsa khusus di Kabupaten Pulpis.